Sabtu, 11 April 2009

Tinjauan Umum Tentang Psikoterapi Dalam Islam

A. Definisi Psikoterapi Islam
Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata “psyche” dan “therapy” mengandung beberapa arti:
1. Jiwa dan hati.
2. Dalam mitologi Yunani, psyche adalah seorang gadis cantik yang bersayap seperti sayap kupu-kupu. Jiwa digambarkan berupa gadis dan kupu-kupu simbol keabadian.
3. Ruh, akal, diri (dzat).
4. Menurut freud, merupakan pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan psikologis, terdiri dari bagian dasar (Conscious) dan bagian tak sadar (Unconscious).
5. Dalam bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan nafs dengan bentuk jama’nya “anfus” atau “nufus”.
Dalam bahasa Inggris therapy bermakna pengobatan/penyembuhan, sedangkan dalam bahasa Arab yaitu syifa yaitu obat, menyembuhkan.
Allah berfirman:
Q.S. Yunus, 10 : 57
Artinya: Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya/yakin).
Q.S. Al Isra’, 17 : 82
Artinya: Dan Kami turunkan dalam Al Qur’an ini apa yang menjadi penawar 1) dan rahmat bagi orang-orang yang mu’min, sedang terhadap orang-orang yang durhaka hanya akan menambah kerugiannya saja.

Psikotherapy ialah pengobatan penyakit dengan cara kebatinan/penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental/pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri atau penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal dengan para guru/ teman.
Psikotherapy Islam : proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral, maupun fisik dengan melalui bimbingan Al Qur’an dan As-Sunnah Nabi SAW.
Kata-kata syifa’ atau istisyfa mengandung beberapa makna seperti:
1. Ahsana ( ﺃَﺣْﺳَﻥَ ) artinya mengadakan perbaikan.
Firman Allah : Q.S. Al Isra’, 17 : 7
Artinya : Jika kamu mengadakan suatu perbaikan, berarti kamu telah berbuat baik untuk diri kamu sendiri, sebaliknya jika kamu berbuat jahat, maka balasannya kamu pikul pula sendiri. Maka apabila datang jatuh tempo yang kedua sebagaimana yang diperingatkan, Kami kerahkan pula pasukan lain, untuk mengganyang musuh kamu 1), untuk memasuki Kuil sebagaimana dahulu dan untuk menghancurkan apa saja yang dapat mereka tangani 2).
2. Ashlaha (َ ﺃََﺻْﻟَﺢ ) artinya melakukan perbaikan.
Firman Allah : Q.S. Al Maidah, 5 : 39
Artinya : Barangsiapa di antara pencuri-pencuri itu yang bertobat, sesudah melakukan kejahatan lalu berbuat kebajikan, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi dan Penyayang.
3. Zakkaa ( ﺯَﻛَﻰ ) artinya mensucikan, membersihkan dan memperbaiki.
Firman Allah : Q.S. Al Baqarah, 2 : 151.
Artinya: Sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul dari golonganmu sendiri; dibacakannya kepadamu ayat-ayat Kami, dibersihkannya kamu dari kebiasaan-kebiasaan burukmu, diajarkannya kepadamu kitab dan ilmu pengetahuan dan diajarkannya pula sesuatu yang belum kamu ketahui.
4. Thahhara ( ﻁَﻬَّﺭَ ) artinya mensucikan dan membersihkan.
Firman Allah : Q.S. Al Ahzab, 33 : 33.
Artinya : Tinggallah di rumahmu dan janganlah kamu berdandan seperti wanita-wanita di zaman jahiliah, kerjakanlah shalat, tunaikanlah zakat, serta patuhlah kepada Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan noda-noda dosamu, hai keluarga Nabi, dan membersihkanmu sebersih-bersihnya.
5. Akhraja ( ﺍَﺧَﺭَﺝَ ) artinya mengeluarkan, mengusir, membuang dan meniadakan.
Firman Allah : Q.S. Al Baqarah, 2 : 257, Q.S. Q.S. Al Ahzab, 33 : 43
Al Maidah, 5 : 16.
Artinya : Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan. Dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya terang-benderang dengan izin-Nya, serta menunjukinya ke jalan yang lurus.
6. Syaraha (ﺷَﺭَﺡَﺍ ) artinya menjelaskan, membuka, meluaskan dan melapangkan.
Firman Allah : Q.S. Alam Nasyrah, 94 : 1
Q.S. Az Zumar, 39 : 22, Q.S. Al An’am, 6 : 125, Q.S. Thoha, 20 : 25
Artinya : Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?
7. Wadha’a’an artinya hilangkan, cabut dan menurunkan.
Firman Allah : Q.S. Alam Nasyrah, 94 : 2 - 3
Artinya : Dan Kami telah menurunkan bebanmu. Yang telah melentikkan punggungmu.
8. Ghafara ( ﻏَﻔَﺭَ ) artinya menutupi, mengampuni, memperbaiki.
Dalam firman Allah : Q.S. Al Imran, 3 : 31
Artinya :Katakanlah: Jika kamu benar-benar cinta kepada Allah, turunlah aku Muhammad, pasti Allah mencintaimu pula dan sekaligus mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
9. Kaffara’ ( ﻛَﻔَﺭَ ) artinya menyelubungi, menutupi, mengampuni, dan menghapuskan.
Firman Allah : Q.S. Muhammad, 47 : 2
Artinya : Orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengerjakan kebajikan, serta beriman pula kepada Kitab yang diturunkan kepada Muhammad, yang benar-benar dari Tuhan mereka. Tuhan menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaannya.
10. Naza’a ( ﻧَﺯَﺍَ ) artinya mencabut, memecat, melepaskan, mengeluarkan dan menjauhkan.
Firman Allah : Q.S. Al Hijr, 15 : 47
Artinya : Lalu Kami kikis habis biang dendam ke sumat yang bersarang dalam hatinya, sehingga mereka berada dalam suasana kasih - sayang, bertemu muka, bercengkerama di atas kursi-kursi otomat.

B. Objek Psiko therapi Islam
Sasaran/objek yang menjadi fokus penyembuhan/perawatan dari psikoterapi Islam adalah manusia (insan) secara utuh yang berkaitan/menyangkut gangguan pada:
1. Mental, yaitu berhubungan dengan fikiran, akal ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran.
Seperti mudah lupa, malas, sulit konsentrasi, tidak mampu membedakan yang hak dan yang batil (halal - haram).
Allah Ta’ala mengharamkan orang-orang beriman merusak dan menyia-nyiakan mentalnya dengan khamr, judi dan sesajian kepada berhala.
Q.S. Al Maidah, 5 : 90.
2. Spiritual.
Berhubungan dengan masalah ruh, semangat/jiwa, religius yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan, dan menyangkut nilai-nilai transedental seperti syirik, nifaq, fasiq, munafik, dan lain-lain. Penyakit batiniyah/spiritual sangat sulit untuk disembuhkan/diobati karena ia sangat tersembunyi di dalam diri seseorang. Oleh karena itu tanpa ada pertolongan dan petunjuk serta bimbingan dari Allah Ta’ala, Rasul-Nya, dan hamba-hamba-Nya yang berhak.
3. Moral (Akhlak)
Yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran.
Akhlak/moral merupakan tingkah laku/ekspresi dari kondisi mental dan spiritual yang muncul secara spontan dan otomatis.
Tingkah laku kadang-kadang sering tidak disadari oleh subyek bahwa tingkah lakunya menympang dari norma-norma agama Islam akhirnya dapat membahayakan diri dan orang lain. Lalu datanglah Nabi dan Rasul yang di utus Allah sebagai pendidik, pensuci, dan penyembuh terhadap berbagai penyakit di tengah-tengah jiwa umat.
4. Fisik (Jasmaniyah)
Tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan psikoterapi Islam, kecuali atas izin Allah SWT. Tetapi sering dilakukan therapy kombinasi yaitu dengan ilmu kedokteran, seperti penyakit jantung, liver, dan lain-lain.
Terapi fisik (jasmaniyah) yang paling berat dilakukan oleh psikoterapi Islam, apabila penyakit itu disebabkan karena dosa-dosa kedurhakaan atau kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang, seperti wajah dan kulit tampak hitam, bahkan lebih kotor seperti kudis atau bintik-bintik hitam, padahal sudah melakukan berbagai usaha setelah di psikoterapis ternyata penyakit dan gangguan itu akibat penyakit spiritual, karena murka Allah, seperti yang terjadi pada zaman/masa kenabian atau umat-umat terdahulu.

C. Metodologi Psikoterapi Islam
Ada 4 metode :
a. Metode ilmiah (Method of Science).
b. Metode keyakinan (Method of Tenacity).
c. Metode otoritas (Method of Authority).
d. Metode intuisi (Method of Intuition).
Metode ilmiah.
Adalah metode yang selalu dan sering diaplikasikan dalam dunia
pengetahuan pada umumnya untuk membuktikan suatu kebenaran dan hipotesa dalam penelitian di lapangan.
Metode keyakinan.
Metode berdasarkan suatu keyakinan yang kuat dimiliki oleh seorang peneliti keyakinan tersebut diraih melalui:
1. Ilmul Yaqin
Suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu secara teoritis.
Q.S. At-Takasur : 1 - 5.
2. ‘Ainul Yaqin
Suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata kepala secara langsung.
3. Haqqul Yaqin
Suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan, penghayatan, pengalaman empiris, artinya si peneliti sekaligus menjadi pelaku dan peristiwa dari penelitiannya.
Q.S. Al Waaqi’ah, 56 : 88 - 96.
4. Kamalul Yaqin
Keyakinan yang sempurna dan lengkap karena dibangun di atas keyakinan berdasarkan hasil pengamatan, dan penghayatan teoritis.
Metode otoritas.
Suatu metode dengan menggunakan otoritas yang dimiliki oleh seorang
peneliti yaitu berdasarkan keahlian, kewibawaan dan pengaruh positif.
Atas dasar itulah seorang psikoterapis memiliki hak penuh untuk melakukan tindakan secara bertanggung jawab, apabila seorang psikoterapis memiliki otoritas yang tinggi, maka sangat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan terhadap suatu penyakit/gangguan yang sedang diderita oleh seseorang.
Metode intuisi/ilham.
Metode berdasarkan ilham/yang bersifat wahyu yang datangnya dari Allah SWT. Metode ini sering digunakan oleh para sufi dan orang-orang yang dekat dengan Allah dan mereka memiliki pandangan batin yang tajam (bashirah) serta tersingkapnya alam keajaiban.
Metode tasawuf.
Metode ini digunakan oleh para kaum Sufi.
Metode peleburan diri dari sifat-sifat, karakter-karakter dan perbuatan yang menyimpang dari kehendak Tuhan.
Ada 3 :
a. Takhalli
Merupakan metode pengosongan diri dari bekasan-bekasan kedurhakaan dan pengingkaran dosa terhadap Allah Ta’ala dengan jalan melakukan pertaubatan yang sesungguhnya (nasuha).
Fase takhalli adalah fase penyucian mental, jiwa, akal, fikiran, qolbu dan moral.
Metode ini secara teknik ada lima :
Mensucikan yang najis dengan melakukan istinja dengan baik, teliti dan benar dengan menggunakan air/tanah.
Mensucikan yang kotor dengan cara mandi.
Mensucikan yang bersih dengan wudhu.
Mensucikan yang suci (fitrah) dengan mendirikan sholat taubat untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.
Mensucikan yang Maha Suci dengan berdzikir dan mentauhidkan Allah.
b. Tahalli
Yaitu pengisian diri dengan ibadah dan ketaatan, aplikasi tauhid dan akhlak terpuji dan mulia. Dalam upaya mencapai esensi tauhid ada beberapa hal penting yang harus dilakukan:
Perbaikan pemahaman dan aplikasi ilmu tauhid.
Pemahaman terhadap esensi ilmu tauhid harus benar-benar menyentuh akal pikiran, Qalbu dan tingkah laku.
Perbaikan pemahaman dan aplikasi syari’at.
Pemahaman terhadap syari’at harus lebih luas mendalam dan tidak hanya terbatas pada tekstual saja, tetapi konstektualnya, mengenai aturan hidup (syari’at) untuk mencapai kebahagiaan, ketentraman, ketertiban dan kedamaian di dunia hingga akherat.
Perbaikan pemahaman dan aplikasi thariqat.
Thariqat arti secara etimologi ialah jalan/cara, metode, aliran, haluan. Thariqat sebagai suatu metode aplikasi syari’at (ibadah) secara sistematis, objektif dan argumentif dalam rangka penyucian diri lahiriyah dan batiniyah agar tersingkap hijab-hijab ketuhanan dan kebenaran hakiki sebagai indikasi hadirnya kedekatan dan kecintaan Allah kepada hambanya.
Perbaikan pemahaman dan aplikasi hakikat.
Hakikat menurut terminologi sufisme adalah ketersingkapnya kebenaran yang terang seterang yang meyakinkan karena ia merupakan kebenaran Allah Ta’ala yang datang dari dzatnya, sifat-sifatnya, nama-namaNya.
c. Tajalli
Secara makna dapat berarti tampak, terbuka dan menampakan/menyatakan diri pada tingkat inilah Allah Ta’ala menampakkan dirinya seluas-luasnya kepada hambaNya yang dikehendakiNya.
Semua hijab yang lahir, batin, dan dia telah terbuka lebar, kemunculan itu akan hadir dalam wujud martabat secara empiris, yakni:
• Martabat Ahadiyah
Yaitu wujud mutlak Allah yang tidak bernama, tidak berbentuk, tidak bersifat.
• Martabat Wahidiyah
Yaitu penampakan diri awal/pertama.
• Martabat Tajalli Syuhudi
Penampakan diriNya yang kedua. Pada martabat ini Allah bertajalli melalui nama-nama dan sifat-sifatNya dalam kenyataan empiris.
• Martabat Alam Arwah.
Yaitu Nur Muhammad yang dijadikan Allah SWT dari Nur Nya, dan
dari Nur Muhammad inilah muncul ruh segala makhluk.
• Martabat Alam Mitsal.
Difrensiasi dari Nur Muhammad dalam rupa ruh perseorangan seperti laut melahirkan dirinya dalam citra kembali.
• Martabat Alam Ajsam.
Yaitu alam makhluk yang terdiri dari empat unsur yaitu api, angin, tanah dan air.
• Martabat Insan Khamil (alam paripurna).
Merupakan tumpunan semua martabat sebelumnya.

D. Fungsi dan Tujuan Psikoterapi
Fungsi dan ilmu (psikoterapi) adalah:
1. Fungsi pemahaman.
2. Fungsi pengendalian.
3. Fungsi peramalan.
4. Fungsi pengembangan.
5. Fungsi pendidikan.
Disamping fungsi-fungsi utama ada beberapa fungsi yang bersifat spesifik:
1. Fungsi pencegahan.
2. Fungsi penyembuhan dan perawatan.
3. Fungsi pensucian.
4. Fungsi pembersihan.

Fungsi pemahaman.
Yaitu memberikan pemahaman dan pengertian tentang manusia dan problematikanya dalam hidup dan kehidupan serta bagaimana mencari solusi dari problematika itu secara baik dan bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah.
Fungsi pengendalian.
Memberikan potensi yang dapat mengarahkan aktivitas setiap hamba Allah agar tetap terjaga dalam pengendalian dan pengawasan Allah Ta’ala.
Fungsi peramalan (prediction).
Dengan ilmu seseorang akan memiliki potensi dasar untuk dapat melakukan analisa ke depan tentang segala peristiwa, kejadian dan perkembangan.
Fungsi pengembangan (development).
Pengembangan ilmu keislaman, khususnya tentang manusia dan seluk beluknya baik yang berhubungan dengan problematika ketuhanan menuju keinsanan baik yang bersifat teoritis, aplikatif maupun empirik.
Fungsi pendidikan.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia misalnya dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari buruk menjadi baik dan dari baik menjadi lebih baik.
Tujuan Psikoterapi Islam:
1. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohani atau sehat mental, spiritual dan moral.
2. Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya insani.
3. Menghantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja.
4. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keihsanan, dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata.
5. Menghantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa dengan esensi diri/jati diri serta dzat yang Maha Suci yaitu Allah SWT.

E. Paradigma Psikoterapi Islam
Berakar pada Al Qur’an dan As Sunnah (normatif), Empiris (pengalaman) dan science (ilmu pengetahuan).
1. Al Qur’an
Adalah wahyu Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Rasulnya melalui Malaikat Jibril. Konsep penyembuhan, pengobatan atau perawatan dari suatu penyakit yang terdapat dalam Al Qur’an asalnya mengandung makna untuk:
Menguatkan keimanan dengan Al Qur’an.
Membenarkan suatu keyakinan bahwa barang siapa ditimpa suatu penyakit, maka sesungguhnya ia mampu mengobati penyakit itu kapan saja ia kehendaki dengan mencari metode/penyembuhannya.
Keyakinan orang yang mempercayai (beriman) kepada Rasulullah SAW. Al Qur’an sebagai penyembuh dibagi menjadi 2 :
• Bersifat umum
Yaitu seluruh isi Al Qur’an secara maknawi, surat-surat, ayat-ayat
maupun huruf-hurufnya memiliki potensi penyembuh/obat.
• Bersifat khusus
Bukan seluruh Al Qur’an melainkan hanya sebagian bahwa ada dari ayat -ayat atau surat yang dapat menjadi obat penyembuh terhadap suatu penyakit secara spesifik bagi orang-orang yang beriman dan meyakini akan kekuasaan Allah Ta’ala.
Beberapa ayat yang memiliki kekhususan yaitu:
- Asmaul Husna.
- Kalimat basmalah.
- Surat Al Fatihah.
- Beberapa surat lain, seperti Q.S. Al Baqarah, Q.S. Al Kahfi.
2. As Sunnah
Adanya hadits-hadits yang menyatakan bagaimana Rasulullah melakukan penyembuhan secara psikoterapi.
3. Empirik (pengalaman orang-orang Sholeh).

1 komentar: