Selasa, 28 Agustus 2012

Wanita Shalihah

“Wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia; kemuliaannya mengalahkan tumpukan emas, intan dan permata. Ia memiliki hati seperti embun yang merunduk tawadhu’ di pucuk-pucuk daun. Seperti karang yang berdiri tegar di antara derasnya arus kehidupan. Memiliki iman seperti  bintang, terang benderang menerangi kehidupan. Ia seperti sekuntum mawar yang datang dari surga; anggun di balik perisai ketegasan, cantik dalam balutan malu, berbinar dalam tunduknya pandangan mata. Ia lembut sekaligus tangguh, ia mempesona meski tak tersentuh, ia serahkan jiwa dan raga sepenuhnya kepada Sang Maha Pemilik Segala

Wanita shalihah.. Jika kita mendengar frasa ini, mungkin yang terbayang di benak kita adalah seorang wanita berkerudung, yang menggunakan jubah panjang sampai ujung kaki, bahkan yang menutup mukanya hingga yang terlihat hanyalah dua pasang matanya. Apakah benar itu yang dikatakan wanita shalihah? Seperti apakah kriteria wanita shalihah menurut Islam?
Jika kita menelaah kembali sejarah wanita sebelum Islam datang, di mana kedudukan wanita sangat rendah, bahkan sebuah keluarga dianggap hina jika melahirkan seorang bayi wanita.  Pada masa itu, wanita sama halnya seperti binatang yang menjijikan. Seorang ayah bahkan boleh menjualbelikan anak perempuannya, mengubur hidup-hidup anaknya dan yang lebih keji lagi para suami rela membagi istrinya dengan teman-temannya. Bisa kita bayangkan jika Islam tidak datang pada masa itu dan kebiasaan itu masih terjadi hingga masa kini?
Betapa pernyataan di atas sedikit menggambarkan kita bagaimana Islam menjaga, bahkan meninggikan harkat dan martabat wanita. Di dalam Al-Qur’an, sangat jelas Allah menggambarkan beberapa kriteria wanita shalihah menurut kacamata Islam, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. 30:21)
Jika kita tadabburi makna firman-Nya di atas, kita akan memahami bahwasanya keberadaan kaum wanita memiliki pengaruh dan manfaat yang sangat besar terhadap kaum pria. Di antara mereka terbentuk suatu timbal balik yang saling melengkapi satu sama lain. Maka, sangat tidak benar yang dikatakan bangsa-bangsa jahiliyah (sebelum datang Islam) bahwa keberadaan kaum wanita merupakan suatu musibah yang akan mendatangkan bencana. Karena secara akal sehat, tidak akan terlahir seorang pria tanpa adanya wanita. Karena setiap bayi yang terlahir ke dunia ini adalah berasal dari rahim yang dimiliki seorang ibu. Namun, bukan berarti dengan jasanya kaum wanita yang melahirkan, lantas ia selalu tergolong wanita shalihah. Melainkan, wanita shalihah yang tergolong dalam kategori Islam adalah wanita yang  mampu memposisikan dirinya pada setiap situasi dan kondisi kehidupan.
Taat kepada Allah merupakan hal yang sangat urgent yang harus dimiliki seorang wanita shalihah. Karena kecantikan hakiki seorang wanita dapat dilihat dari ketaatannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada Allah dapat berupa keimanan dan mewujudkan keyakinannya dari segala tingkah lakunya. Taat terhadap semua aturan yang Dia tetapkan, segera menyadari kekhilafannya dengan bertaubat, rajin beribadah, berpuasa sunnah dan senantiasa menelaah ilmu-ilmu islam agar keimanannya selalu bertambah setiap saat.. Inilah cakupan yang amat menyeluruh dari kepribadian wanita shalihah.
Di dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 30-31, betapa luar biasa Allah menggambarkan kriteria seorang wanita shalihah. Ia senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up-nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran…
Wanita shalihah juga sangat memperhatikan kualitas lisannya. Ia menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar sepenuhnya bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).
Wanita shalihah.. dengan cuma-cuma, ia memberi senyumnya pada dunia. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, tidak pada setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manisnya. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Dan keandilannya dalam bergaul menambah kecintaan orang lain padanya. Baginya, da’wah di semua kalangan adalah ibadah. Tak memandang apakah mereka membencinya atau tidak. Tapi ia, selalu tampak indah dengan ketulusan hatinya.
Wanita shalihah.. ia senang berfikir tentang lingkungan sekitarnya. Ia selalu berusaha mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpanya. Ilmunya selalu bertambah seiring dengan rasa keingintahuannya. Ia selalu menebar inspirasi dari karya-karya nyatanya yang medunia. Ia tak pernah kalah dengan lelah, selalu tunduk dalam patuh. Menyerahkan seluruh jiwa raga dalam penghambaan yang utuh kepada Rabb-nya.
Wanita shalihah.. dengan rasa malu yang membingkai lakunya, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia kerap mempertimbangkan semua yang akan dilakukannya. Ia senantiasa berfikir dampak dari setiap tingkah lakunya. Hal ini ia lakukan untuk menjaga dan memelihara dirinya dari fitnah dan perbuatan yang tidak diridhai-Nya. Dengan ketegasannya dalam mengambil keputusan, ia tunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Dengan ketundukan hatinya pada Rabb Pemilik Semesta, ia pancarkan dalam tundukkan pandangannya pada yang diharamkan..
Wanita shalihah.. ia yang membuat bidadari surga cemburu karena kecantikan akhlaknya.. ia membuat jutaan laki-laki ingin memilikinya karena kelembutan hatinya dan ketegasannya dalam bersikap. Ia yang membuat seorang wanita separuh baya merasa bahagia memiliki aset istimewa yang dapat melahirkan generasi-generasi terbaiknya..
“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya..” (QS. Ar-Rahman(55): 56)
Maka wanita shalihah adalah dirimu.. yang siap melakukan perubahan besar ke arah yang lebih baik. Yang siap menunjukkan karya-karya nyatanya pada dunia. Yang siap menginspirasi karena akhlaknya yang indah. Yang siap mengabdikan seluruh hidupnya untuk Allah. Yang tak pernah kalah dengan lelah, sampai kemenangan Islam berhasil diraihnya, atau syahid menjadi penghujung pengembaraannya di dunia..

Wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia, mengalahkan tumpukan Emas, intan dan permata serta perhiasan dunia apapun. hanya wanita shalihlah yang mampu melahirkan generasi rabbani yang selalu siap memikul risalah Islamiyah menuju puncak kejayaan
Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. mulialah wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”.(HR.Muslim).
Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.
Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).
Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Ia juga selalu menjaga akhlaknya.
Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasamalu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.
Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.
Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make upapa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia “polos” tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.
Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.
Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.
Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak wanita bisa sukses.
Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman disekelilingnya. ”
Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius.
Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa. Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita.
Beruntunglah bagi setiap lelaki yang memiliki istri shalehah, sebab ia bisa membantu memelihara akidah dan ibadah suaminya. Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa diberi istri yang shalehah, sesungguhnya ia telah diberi pertolongan (untuk) meraih separuh agamanya. Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara separuh lainnya.” (HR Thabrani dan Hakim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar