Penyakit hati menurut ajaran Islam adalah suatu perasaan yang menjurus kepada hal-hal yang negatif. Dalam arti lain, secara tidak sengaja atau sengaja merugikan diri sendiri dan orang lain yang tidak disadari telah mengotori hati. Penyakit hati dalam perspektif Ibnu Taimiyah lebih berkaitan dengan nafsu syahwat yang termanifestasikan dalam bentuk, iri, dengki, sombong, khasut, serang mencela, tidak syukur nikmat, dan selalu bersifat kurang (serakah).
Dalam Islam, suci dan kotornya hati memiliki arti yang sangat penting. Hati yang suci dan hati yang kotor ikut menentukan tingkat keberimanan seseorang. Sebuah ungkapan yang sangat terkenal dari Rasulullah berbunyi: “Iman seorang hamba tidaklah lurus sebelum lurus hatinya. Dan tidaklah lurus hatinya sebelum lurus lisannya.” Kalau hati seseorang kotor, atau bepenyakit, maka imannya menjadi menipis. Sementara kalau hati bersih, atau sehat, maka imannya menguat.
“Dalam hati mereka ada penyakit Jika di dalam hati itu ada penyakit, itu berarti padanya terdapat kelemahan (gangguan-gangguan) yang menimbulkan keengganan untuk menanggapi perintah agama, serta mengetahui segala rahasia dan hikmatnya, lalu Allah memperhebat penyakit itu, dan mereka diberi siksaan yang pedih karena mereka mendustakan kebenaran”. Al-Baqarah:10
Tanda-tanda Penyakit Hati:
Pada dasarnya ada dua tanda penyakit hati. Pertama, tidak merasa sakit dan tidak merasa menyesal atas dosa-dosa yang diperbuat dan tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Contonya adalah memakan uang rakyat tanpa merasa bersalah, menculik, menjarah, mengambil hak orang lain dengan tenang dan tanpa perasaan berdosa. Bahkan, kadang seseorang merasa bangga atas “prestasinya” melakukan sejumlah perbuatan dosa yang sesungguhnya sangat menjijikkan (misalkan: seorang laki-laki bangga telah menggauli sejumlah wanita dari Eropa, Afrika, Arab, Jepang, pribumi, dan sebagainya). Ada pula yang berbicara lantang tentang kebenaran walaupun dirinya sendiri menyimpang dari jalan kebenaran itu tanpa perasaan berdosa.
Kedua, condong kepada santapan ruhani yang mudharat (buruk) dan menghindari santapan ruhani yang bermanfaat (baik). Saat ada panggilan atau anjuran untuk mengikuti cara berpikir atau cara berperilaku yang buruk, mereka cepat dalam meresponnya. Sementara bila ada anjuran yang dapat menjadikan mereka lebih tinggi kualitas pribadinya, mereka cenderung menolaknya.
Sebab-sebab Penyakit Hati:
Tanda-tanda penyakit di atas terjadi karena ada beberapa sebab. Penyebab penyakit hati pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu kata-kata iseng, memandang sesuatu secara berlebihan, makan secara berlebih-lebihan, dan bergaul secara bebas.
Pertama, kata-kata iseng yang tidak berguna. Kata-kata iseng sangat mudah kita ucapkan dengan harapan orang menjadi tertarik dengan kata-kata kita. Padahal kata-kata iseng dapat menyebabkan tidak lurusnya hati manusia. Sebuah hadis yang disampaikan Anas bin Malik radhiyallahu anhu mengungkapkan bahwa Rasulullah bersabda: “Iman seorang hamba tidaklah lurus sebelum lurus hatinya. Dan tidaklah lurus hatinya sebelum lurus lisannya.”
Pembicaraan-pembicaraan yang tidak berguna menyebabkan hati menjadi menurun kualitasnya. Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu berkata: “Jangan kalian memper-banyak ucapan selain dzikrullah, karena banyak omongan itu menyebabkan kesatnya hati. Dan bahwa manusia yang paling jauh dari Allah Azza wa jalla adalah manusia yang berhati kesat kasar.” Maka, dapat disimpulkan bahwa kata-kata iseng dapat menyebabkan hati rentasng terhadap penyakit. Kedua, memandang hal yang semestinya tidak dipandang. Di dunia ini ada hal-hal yang seharusnya dipandang, ada pula yang sebaiknya dipandang, di samping ada pula yang tidak boleh dipandang. Orang bijak mengatakan: “Antara hati dan mata ada tali penghubung. Bila mata rusak, maka rusaklah hati dan menjadikannya seperti keranjang sampah berisi tumpukan sampah dan macam-macam kotoran.” Pemandangan-pemandangan yang buruk memiliki pengaruh terhadap hati manusia. Kalau yang dipandang adalah hal-hal yang berbau pornografis, kekerasan (violence), pengrusakan (vandalism), dan agresivitas, maka hal-hal demikian dapat menyebabkan hati menjadi rusak kualitasnya. Sebagai contoh, kalau seseorang banyak menonton tontonan kekerasan, maka orang ini akan kehilangan kepekaan terhadap kekerasan. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa paparan kekerasan yang berulang-ulang dapat menyebutnya ada penumpulan emosi yang selanjutnya mempengaruhi kemampuan empati terhadap penderitaan korban dalam kehidupan nyata dan menurunkan kesiapan untu menolong. Dalam hal seperti ini, ahli psikologi menyebutnya sebagai desensitisasi (desensitization). Dalam suatu eksperimen (Thomas dkk, 1977) ditemukan bahwa anak-anak dan mahasiswa menjadi tidak peka lagi terhadap penderitaan akibat agresi dan kekerasa setelah menonton drama polisi yang penuh kekasaran. Karena terbiasa melihat kekejaman, mereka tidak lagi kasihan atau terkejut ketika melihat kekerasan dan kekejian.
Yang perlu diperhatikan oleh manusia adalah bahwa iblis dapat menjadikan sesuatu yang sesunguhnya buruk tampak seperti sesuatu yang baik dan indah. Hal ini difirmankan Allah Azza wa jalla dalam al-Qur’an. Sebagai misal, pornografi adalah hal yang buruk, tapi ibadah menjadikan pemandangan ini sebagai sesuatu yang tampak indah.
Oleh karena Allah Azza wa jalla menganjurkan kepada manusia agar menunduk-kan pandangannya. Dalam al-Qur’an Surat an-Nur ayat 30, Allah Azza wa jalla berfirman: “Katakanlah kepada orang yang beriman supaya mereka menundukkan pandangannya (dari melihat yang terlarang) dan menjaga kehormatannya. Itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mengetahui apa-apa yang mereka lakukan.”
Ketiga, makan secara berlebih-lebihan. Segala sesuatu yang berlebihan adalah tidak baik. Kalau seseorang makan secara cukup, maka itu akan menjadikannya tetap sehat. Sementara kalau seseorang makan secara berlebihan, maka secara fisik ia akan dirugikan, yaitu hadirnya kegemukan (obesity). Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seseorang mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suapan saja untuk menegakkan punggungnya. Jika tidak mungkin demikian, maka hendaklah sepertiga dari perutnya diisi dengan makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk pernapasan.”
Keempat, adalah bergaul atau berkawan secara bebas. Sudah sangat disadari bahwa lingkungan yang baik akan menjadikan kita baik. Sebaliknya, kawan atau sahabat yang berkarakter buruk akan menjadikan kita buruk. Pesan yang disampaikan Rasulullah “bergaullah dengan orang yang saleh” mengisyaratkan bahwa orang yang baik akan memberi pengaruh baik pada kita. Sebaliknya, kalau kawan buruk, maka kita bisa terpengaruh dengannya, yaitu kita menjadi mudah berpikir dan berperilaku buruk. Mengapa demikian? Salah satu kemungkinannya adalah adanya kecenderungan dalam diri manusia untuk bersikap konformis atau bersikap seragam dengan orang-orang yang ada di sekitarnnya. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa setiap orang ingin diterima oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka, cara yang ditempuh orang dalam berbagai situasi adalah mengikuti pola yang dikembangkan oleh kelompok atau pola yang dikembangkan orang lain, bahkan biarpun hal itu tidak kita setujui. Contoh esktrim yang dapat kita angkat adalah kesediaan orang Indonesia selama 32 tahun mengikuti sistem politik otoriter yang digariskan Soeharto. Kita menyesuaikan diri untuk menjadi orang Indonesia yang taat kepada pemerintah, tetapi hal itu menjadikan kita sulit untuk memilih yang sungguh-sungguh benar menurut keyakinan kita.
II. Ruang Lingkup dan Karakter Penyakit Hati
a. Ghibah
Secara bahasa, ghibah berarti menggunjing. Banyak orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Allah ia adalah sesuatu yang keji dan kotor. Hal itu dijelaskan dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya". (As-Silsilah As-Shahihah,)
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam. Di antaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.
Ghibah alias gossip adalah penyakit hati yang diremehkan, padahal akibatnya membakar nilai amal ibadah. Rasulullah bersabda, "Ghibah adalah membicarakan tentang saudaramu, kalau dia mendengar, dia tidak menyukainya",
"Bagaimana yang kami ceriterakan itu benar adanya ya Rasulullah", tanya sahabat. "Itulah ghibah, dan kalau tidak benar maka engkau sudah memfitnah saudaramu", jawab Rasul (QS49:12)
b. Mencari-cari kesalahan orang lain
Diantara sifat seseorang yang paling jelek adalah suka mencari-cari kekurangan orang lain, merasa gembira jika ada orang lain tereleset melakukan sesuatu yang tidak baik dan mengumpulkan kesalahan-kesalahan orang lain. sifat ini merupakan tanda jeleknya hati dan lemahnya akal seseorang. Barangsiapa yang mau menasihati diri sendiri, maka aib dan kekurangan-kekurangannya yang ada pada dirinya pasti akan membantunya sibuk dan tidak punya waktu untuk mencari-cari kekurangan dan aib orang lain.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12)
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
Al-Hujurat, 49: 10-12
Dalam ayat yang mulia ini perintah untuk menjauhi kebanyakan dari berprasangka, karena sebahagiannya adalah dosa, dan larangan dari mencari-cari kesalahan orang lain, yaitu mencongkel-congkel tentang kejelekan orang lain, hal itu terjadi adalah akibat dari berburuk sangka.
Rasulullah bersabda:
((إِيَّاكُمْ وَالظَنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوْا وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً)).
Aku peringatkan kepada kalian tentang prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling bohong, dan janganlah kalian berusaha untuk mendapatkan informasi tentang kejelekan dan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan pula saling dengki, saling benci, saling memusuhi, jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara? (H.R Bukhari, no (6064) dan Muslim, no (2563).
c. Dengki / hasad
Dengki adalah sifat yang dimiliki oleh seseorang yang menginginkan hilangnya kesenangan yang dimiliki oleh orang lain dan berusaha memindahkanya kepada dirinya. Di dalam al-Qur’an hasud disebutkan empat kali yakni di dalam suratal-Baqarah ayat 109, surat al-Fath ayat 15, surat an-Nisa’ ayat 54 dan surat al- Falaq ayat 5. Hasad Cuma akan mendatangkan permusuhan dan kebencian serta bermegah dan berbangga diri. Karena inilah suatu kelompok, organisasi sulit berkembang untuk menggapai kesuksesan.
Di dalam al-Qur’an ada dua kecenderungan jiwa yang dimiliki oleh manusia yang saling bertentangan. Yakni kecenderungan yang bersifat rabbani (Ketuhanan/kecenderungan positif) dan kecenderungan syaitani (setan/kecenderungan negatif). Sehingga Nabi Muhammad SAW mengatakan sebagai jihad yang paling besar.
Struktur jiwa manusia terbagi menjadi tiga unsur pokok yakni akal (‘aql), diri (seluruh), dan nafsu (nafs). Dengan akal dimungkinkan manusia mampu menangkap makna penting dari (tanda-tanda) Tuhan, sifat-sifat Tuhan, dan Akibatnya muncul rasa rendah diri, rasa tidak percaya diri disertai iri, dengki bin hasud. Ini senada dengan penegasan Allah
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu sekalian menegaskan, jika kamu benar-benar bersyukur maka pasti Aku akan tambahi (karunia) bagi kamu, dan jika kamu benar-benar ingkar maka sesungguhnya azab-Ku amat pedih.” (QS. Ibrahim/14:7)
d. Sombong
Definisi Sombong/Kibr
Penyakit sombong yang menimpa umat adalah suatu gejala emosi yang merasa diri lebih dari orang lain, kerana seseorang itu merasa lebih cantik, lebih kaya, lebih berpangkat dan lain-lain. Malah kalau sifat sombong itu sudah sampai kepada tingkat yang lebih tinggi, seseorang itu akan menjadi takbur. Islam melarang umatnya berlaku sombong, baik dalam sikap, tingkah laku mahu pun dalam perkataan. Sebagaimana firmanALLAH yang berarti:
" Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia(kerana sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya ALLAH tidak menyukai orang orang sombong dan membangga-banggakan diri." (Luqman:18) " Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu.Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."- ( Luqman:19)
Apabila sifat sombong itu bersarang dalam jiwa orang yang berkuasa, maka akan timbullah perbuatan yang kejam terhadap masyarakat atau rakyatnya, Segala puji hanya milik Allah ‘Azza wa Jalla. Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi was sallam kepada istri-istri beliau dan seluruh sahabatnya Ridwanullah alaihim ajma’in.
Sombong merupakan sifat yang amat tercela dalam islam. Bahkan iblislah yang menunjukkan sikap ini pertama kali di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِي “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah (sujud dalam rangka penghormatan dan pemuliaan)[1]kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Namun ia enggan dan sombong. Dia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. Al Baqoroh [2] : 34).
Allah melarang kaum muslimin berlaku sombong, karena perbuatan ini akan mengakibatkan hal-hal yang telah tersebut dalam firman Allah berikut ini : “Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan, yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; maka itulah tempat kediaman mereka yang tiada didiami (lagi) sesudah mereka, kecuali sebagian kecil. Dan Kami adalah pewarisnya”. (QS. 28 : 58).
Penjelasan ayat tadi mengatakan bahwa Allah menghukum orang-orang yang berlaku sombong suatu siksaan yang merusak mereka, tidak patut lagi dihuni, kecuali hanya beberapa saat yang digunakan oleh para mufasir sebagai tempat singgah. Setelah itu, tak ada seorangpun yang mau mendiami atau memilikinya, karena semuanya adalah menjadi milik Allah. Gejala - gejala orang yang sombong ialah : mengingkari nikmat, terlalu mewah, terlalu berlebih-lebihan, takabur dan menimbulkan kerusakan di bumi.
e. Dzalim
Peran kedzaliman dalam menghancurkan masyarakat, meruntuhkan perilaku dan mengganggu keamanan sosial, tak dapat dibantah. Bahkan orang-orang tak berguna pun tak dapat menyangkalnya. Penindasan menyebabkan perpecahan dan musnahnya hubungan masyarakat. Dengan berperilaku jahat dan sombong, para penguasa menutup halaman sejarah pemerintahan mereka yang kuat menghancurkan peradabannya.
Sesungguhnya orang-orang yang menganut paham bahwa kehidupan hanyalah perjuangan dari hari ke hari untuk mempertahankan hidup, terus berusaha menghancurkan yang lemah dengan dengan merampas hak-hak mereka, sambil berharap bahwa perbuatan demikian akan memperkuat kekuasaan mereka dan melindungi kedudukan mereka.
Siapa saja, dalam jabatan apapun, yang dengan sengaja atau tak sengaja berusaha memeras kehidupan orang lain untuk kepentingan diri sendiri, atau berusaha melampaui batas-batas hokum akal atau peraturan, dapat digolongkan sebagai penindas.
Factor yang mempengaruhi dzalim:
- Karena kekuasaan
Tingginya kekuasaan terkadang mengakibatkan hati menjadi kotor dan berperilaku dzalim.
- Karena rendahnya iman
Bagaimana cara mengatasinya:
Senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat dan rizki yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Memperkuat iman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
f. Marah
Al-jurjani (2001) menjelaskan marah adalah perbuatan yang terjadi pada waktu mendidihnyadarah didalam hati untuk memperoleh kepuasan apa yang terdapat didalam dada. Sedangkan Imam nawawi mendefinisikan marah dari perspektif ilmu tassawuf, sebagai tekanan nafsu dari hati yang menalirkan darahpada bagian wajahyang menimbulkan kebencian pada diri seseorang.
Chaplin (1998) dalam dictionary of psychology, bahwa marah adalah reaksi emosional akut yang timbul kareana sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancman, agresi lahiriyah, pengekangandiri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustasi dan dicirikan kuat oleh reaksi pada sistem otomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik, dan secara emplisit disebabkan oleh reaksi seragam, baik baik yang bersifat somatis atau jasmaniyah maupun yang verbal atau lisan.
Marah adalah suatu kondisi psikologis (kejiwaan) yang membuat lahiriah badan dan bathin tidak normal. Ia terjadi dari sebab-sebab tertentu dan memiliki implikasi yang amat berbahaya. Dalam menyikapinya pun, masing-masing orang berbeda-beda. Bila dilihat dari klasifikasinya, marah terbagi menjadi beberapa macam:
Terpuji:
yaitu marah yang diekspresikan karena Allah Ta’ala. Indikasinya; Apabila seorang muslim melihat suatu larangan Allah dilanggar, maka dia menjadi marah semata-mata karena semangat membela Dien-Nya. Orang yang melakukan tindakan seperti ini akan mendapatkan pahala dari Allah, karena Allah berfirman: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabbnya…”. (Q.S. 22/al-Hajj: 30). Tentunya, karena dia melakukan hal itu dalam rangka “nahi munkar”, maka perlu pula baginya untuk mempertimbangkan tingkatan dalam hal itu.
Tercela:
Yaitu marah yang dilarang oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam seperti seorang yang marah karena membela kebathilan dirinya dan membangga-banggakannya. Orang yang melakukan hal ini akan diganjar dosa yang setimpal oleh Allah. .
g. Serakah
keserakahan itu adalah sikap anti kebersamaan. Orang yang serakah adalah orang yang memiliki motiv pribadi, efeknya adalah mereka suka menindas , melecehkan dan menzhalimi saudara dengan alasan kepemilikan. Tentu seorang yang telah memenuhi prosedur hukum sekalipun tidak terlepas dari sifat ini. Seorang yang serakah adalah seorang yang merasionalkan kerakusan dengan menindas orang lain. Mereka adalah seorang yang tidak memiliki rasa belas kasihan dan toleransi, prinsip mereka adalah , “ yang penting tidak melanggar hukum ( Syariat) , menyakiti siapapun boleh,”
Serakah dalam islam adalah sifat mengambil barang yang bukan haknya, sehingga menyebabkan orang lain menderita. Islam menganjurkan agar manusia tidak serakah dan mengambil hak orang lain dengan paksa. Serakah akan berakhir bila manusia sudah masuk dalam liang kubur.
Sifat dan karakteristik orang yang serakah adalah :
- Perbudakan hawa nafsu
Hanya mementingkan jasmani dan badani, menganggap hasrat dan keinginan hawa nafsu dan duniawi sebagai Tuhannya.
- Munafik (infaq)
Memuji manusia setinggi langit, menyanjung yang ada dihadapannnya, kemudian melecehkan dibelakangannya.
- Bermegah- megahan dan suka pamer
- Mengklaim ketuhanan (ululyihah)
- Kikir dan tamak
Cara mengatasinya dengan pengekangan diri dan hidup sederhana, memilih kesalehan dan cinta pada Allah SWT dalam kalbu,
Pertama: Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ وَالْخَمِيصَةِ ، إِنْ أُعْطِىَ رَضِىَ ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ »
“Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba pakaian dan hamba mode. Jika diberi, ia ridho. Namun jika tidak diberi, ia pun tidak ridho”. (HR. Bukhari no. 6435)
Kedua: Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6436)
Ketiga:
Dari Ibnu ‘Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ مِثْلَ وَادٍ مَالاً لأَحَبَّ أَنَّ لَهُ إِلَيْهِ مِثْلَهُ ، وَلاَ يَمْلأُ عَيْنَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya manusia memiliki lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6437)
Keempat:
Ibnu Az Zubair pernah berkhutbah di Makkah, lalu ia mengatakan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقُولُ « لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ »
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6438)
Dari Anas, dari Ubay, beliau mengatakan, “Kami kira perkataan di atas adalah bagian dari Al Qur’an, hingga Allah pun menurunkan ayat,
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
“Bermegah-megahan dengan harta telah mencelakakan kalian.” (QS. At Takatsur: 1). (HR. Bukhari no. 6440) Bukhari membawakan hadits di atas dalam Bab “Menjaga diri dari fitnah (cobaan) harta.”
Beberapa faedah dari hadits-hadits di atas:
Pertama: Manusia begitu tamak dalam memperbanyak harta. Manusia tidak pernah merasa puas dan merasa cukup dengan apa yang ada.
Kedua: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah”, maksudnya: Tatkala manusia mati, perutnya ketika dalam kubur akan dipenuhi dengan tanah. Perutnya akan merasa cukup dengan tanah tersebut hingga ia pun kelak akan menjadi serbuk. (Syarh Ibnu Batthol)
Ketiga: Hadits ini adalah celaan bagi orang yang terlalu tamak dengan dunia dan tujuannya hanya ingin memperbanyak harta. Oleh karenanya, para ulama begitu qona’ah dan selalu merasa cukup dengan harta yang mereka peroleh. (Syarh Ibnu Batthol)
Keempat: Hadits ini adalah anjuran untuk zuhud pada dunia. Yang namanya zuhud pada dunia adalah meninggalkan segala sesuatu yang melalaikan dari Allah. (Keterangan Ibnu Rajab dalam Jaami’ul Ulum wal Hikam)
Kelima: Manusia akan diberi cobaan melalui harta. Ada yang bersyukur dengan yang diberi. Ada pula yang tidak pernah merasa puas
III. Pembentukan / Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
1. Sifat seseorang yang tidak memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT
2. Kurang Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
3. Kurang Membiasakan menjaga lisan saat bekerja
4. Mudah tergiur atau terpengaruh dengan kemewahan orang lain
5. Tidak terbiasa untuk saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran dalam beribadah
6. Tidak terbiasa untuk bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat-Nya
7. Kesenangan manusia yang membuka aib atau cacat orang lain
8. Kurangnya rasa solidaritas dalam menumbuhkan rasa persaudaraan, kasih sayang, dan persaudaraan kepada antarsesama
9. Tidak menyadari bahwa setiap perbuatan mempunyai sebab akibat sesuai dengan sunnatullah
10. Manusia yang tidak pandai dalam Meluruskan / memahami ketauhidan
11. Membenci nikmat atau anugerah Allah SWT yang diberikan kepada orang lain.
12. Tidak rela menerima pembagian karunia Allah SWT atas dirinya.
13. Pelit terhadap pemberian Allah SWT, kalau bisa semua anugerah Allah dan kebajikan jatuh pada dirinya sendiri, tak perlu orang lain. Kalaupun orang lain memperolehnya diharapkan di bawah derajat dirinya.
14. Mengikuti pengaruh Ibnlis/syetan yang sebetulnya sangat merugikan dan menghinakan dirinya sendiri
IV. Cara Mengatasi Penyakit Hati
Ada beberapa cara mengatasi penyakit hati:
Pertama, dzikrullah. Yaitu memperbanyak dzikir kepada Allah. Dalam ayat suci al-Qur’an, Allah menandaskan bahwa kalau seseorang banyak berdzikir, maka akan tenanglah hati seseorang. Dzikir itu sendiri dapat dibaca dalam segala situasi, yaitu ketika berdiri, duduk, dan terlentang. Adapun dzikir-dzikir yang bisa dijadikan contoh adalah Subhanallah, wa Alhamdulillah. La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, La haula wa la quwwata illah billah.
Kedua, tilawatil qur’an. Dengan memperbanyak al-Qur’an, kita memperbanyak pahala. Pahala bagaikan air yang dapat menghapus kotoran atau penyakit yang ada dalam diri seseorang.
Ketiga, istighfar. Istighfar adalah salah satu bentuk pertaubatan. Pada dasarnya, kalau seseorang beristighfar, seseorang menilai dirinya dalam keadaan bermasalah atau dalam keadaan salah.
Keempat, doa. Doa melambangkan adanya harapan (hope) dalam diri seseorang. Dalam Islam diterangkan bahwa kalau seseorang berdoa, dia menyadari bahwa ada sesuatu yang sangat diharapkan. Kelima, shalawat nabi. Keenam, qiyamul lail. Yaitu, terbangun di waktu malam untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa jalla. (H. Fuad Nashori).