Sabtu, 27 Maret 2010

SAYEMBARA MENULIS PUISI DAN KISAH INSPIRATIF FORUM LINGKAR PENA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Sayembara I: Menulis Puisi Inspiratif

Ketentuan:

1. Sayembara menulis puisi dibuka dalam dua kategori: (1)Kategori pelajar SMP dan SMA, (2) Kategori Mahasiswa dan umum.
2. Tema puisi BEBAS, tetapi DIANJURKAN untuk memberi inspirasi positif bagi pembaca.
3. Tiap peserta hanya boleh mengirimkan satu judul puisi.
4. Puisi diketik di atas kertas HVS ukuran A4. Font Times News Roman12, Spasi antar baris 1, Spasi antar bait 1,5. Panjang puisi MAX 2 Halaman.
5. Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak maupun online atau belum pernah diikutkan pada lomba lain.
6. Peserta TIDAK diperkenankan mencantumkan identitas pada LEMBAR NASKAH puisi tetapi cantumkan di lembar biodata tersendiri.
7. Sertakan fotokopi Kartu Tanda Pelajar/Kartu Tanda Mahasiswa/Kartu Tanda Penduduk.
8. Biaya pendaftaran 15.000 rupiah (tenang, bukan dollar kok^^)
9. Fasilitas: GRATIS tiket menghadiri acara pengumuman pemenang + mendapatkan buku antologi puisi Bougenville Lembayung. (Mohon maaf, untuk buku hanya kami berikan bagi peserta yang hadir dalam acara pengumuman tanggal 26 April 2010)


HADIAH SAYEMBARA MENULIS PUISI INSPIRATIF:
Kategori Pelajar SMP/SMA
Juara 1: Rp 300.000,00 + piagam
Juara 2: Rp 200.000,00 + piagam
Juara 3: Rp 100.000,00 + piagam
Kategori Mahasiswa dan Umum
Juara 1: Rp 500.000,00 + piagam
Juara 2: Rp 350.000,00 + piagam
Juara 3: Rp 200.000,00 + piagam

Sayembara II: Menulis Kisah Inspiratif:
Ketentuan:

1. Sayembara kisah inspiratif terbuka untuk UMUM, tidak dibatasi usia, tingkat pendidikan, dan tempat berdomisili.
2. HARUS berupa kisah nyata dan memberi inspirasi positif bagi pembaca, bisa kisah yang dialami sendiri ataupun orang lain. Nama tokoh ataupun tempat kejadian BISA disamarkan untuk prinsip kerahasiaan.
3. Naskah BELUM pernah dipublikasikan baikdi media cetak maupun online atau belum pernah diikutkan pada lomba lain.
4. Panjang tulisan 3-4 halaman, kertas A$, Font Times News Roman 12, Spasi 1.
5. SERTAKAN fotokopi Kartu Tanda Pelajar/Kartu Tanda Mahasiswa/Kartu Tanda Penduduk.
6. Peserta TIDAK DIPERKENANKAN mencantumkan identitas pada LEMBAR NASKAH tetapi cantumkan di lembar biodata tersendiri.
7. Biaya pendaftaran 25.000 rupiah (sekali lagi tenang... nggak pake dollar kok^^).
8. Fasilitas: GRATIS tiket menghadiri acara pengumuman pemenang + mendapatkan buku antologi kisah inspiratif karya anggota FLP UM. (bagi yang hadir)
9. Bagi yang berminat mengikuti kedua sayembara (kisah dan puisi), biaya pendaftaran 35.000 rupiah.

HADIAH SAYEMBARA MENULIS KISAH INSPIRATIF:
Juara 1: Rp 500.000,00 + piagam
Juara 2: Rp 350.000,00 + piagam
Juara 3: Rp 200.000,00 + piagam


Biaya pendaftaran ditransfer ke no.rekening 0579-01013282-50-5 BRI Cabang Universitas Brawijaya, atas nama HANIFA

DEADLINE: 16 APRIL 2010

Naskah sayembara dapat dikirimkan via pos atau via e-mail dengan ketentuan sebagai berikut:
VIA POS:

* Naskah digandakan rangkap 3, dimasukkan ke dalam amplop coklat.
* Tuliskan jenis dan kategori sayembara di pojok kiri atas amplop
* Sertakan satu lembar fotokopi KTP/KTM/KTPelajar dan bukti transfer pembayaran.
* Kirim ke alamat: JL SUMBERSARI GANG V No. 501 RT 05 RW 02 Sumbersari Lowokwaru Malang. Kode Pos 65145, atas nama YESI DEVISA PUTRI.


VIA E-MAIL:

* Naskah puisi dan kisah inspiratif dikirim ke alamat e-mail: senyumanjibril@yahoo.com
* Tulis subjek: jenis_kategori sayembara_nama peserta. CONTOH: Puisi_SMP/SMA_Aminah ATAU Kisah inspiratif_MAHASISWA/UMUM_Abdullah
* Lampiran 1 lembar fotokopi KTPelajar/KTM/KTP dan bukti transfer pembayaran dikirim via pos dengan alamat JL SUMBERSARI GANG V No. 501 RT 05 RW 02 Sumbersari Lowokwaru Malang. Kode Pos 65145, atas nama YESI DEVISA PUTRI.

Bagi yang berdomisili di Malang, baik naskah maupun pembayaran bisa langsung diserahkan ke panitia.

CP: 085755633857



Beasiswa S2 LN-Depkominfo
PROGRAM BEASISWA S2 LUAR NEGERI KEMENTERIAN KOMINFO TAHUN 2010

Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Tahun 2010 kembali membuka kesempatan dan menyediakan beasiswa pendidikan S2 di luar negeri bagi PNS di lingkungan lembaga pemerintah, karyawan/karyawati di lembaga pendidikan dan industri Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK), serta masyarakat umum.

Persyaratan :

1. Lulusan sarjana (S1)
2. Memiliki IPK minimal 3.00 (dari skala 4)
3. Memiliki nilai Institutional TOEFL (ITP) minimal 550 atau IELTS minimal 6.5
4. Memiliki nilai Tes Potensi Akademik (TPA) minimal 550
5. Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang
6. Diutamakan:
1. Memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun
2. Berusia maksimal 35 tahun
3. Belum memiliki gelar dan tidak sedang menerima beasiswa lain dan/atau sedang mengikuti program pendidikan S2
7. Pendaftaran dan penyerahan berkas lamaran beasiswa paling lambat tanggal 5 April 201

Informasi persyaratan dan formulir pendaftaran dapat di download di website Depkominfo

http://www.mitimahasiswa.com



MITI-Mahasiswa
www.mitimahasiswa.com
Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Tahun 2010 kembali membuka kesempatan dan menyediakan beasiswa pendidikan S2 di luar negeri bagi PNS di lingkungan lembaga pemerintah, karyawan/karyawati di lembaga pendidikan dan industri Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK), serta masyarakat umum.

dari immawati innany Univ. Negeri Malang

MENUHANKAN HAWA NAFSU?

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. Al Jaatsiyah: 23)

Perkataan Ulama:
“Manusia itu semuanya mati (mati perasaannya) kecuali para Ulama, yaitu orang-orang yang berilmu. Dan Ulama-ulama itu dalam kebingungan, kecuali mereka yang beramal. Dan mereka yang beramalpun semuanya dalam kekhawatiran kecuali mereka yang ikhlas atau bersih”.


وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلا تَعْقِلُونَ
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya? (QS. Qashash: 60)

KHA Dahlan berpesan:
“Kita, manusia ini, hidup di dunia hanya sekali, untuk bertaruh: sesudah mati, akan mendapat kebahagiaankah atau kesengsaraankah?”

Pesan KHA Dahlan:
Bermacam-macam corak ragamnya mereka mengajukan pertanyaan soal-soal agama. Tetapi tidak ada satupun yang mengajukan pertanyaan demikian: Harus bagaimanakah supaya diriku selamat dari api neraka? Harus mengerjakan perintah apa? Beramal apa? Menjauhi dan meninggalkan apa?

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar Ruum: 30)

مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (QS. Ar Ruum: 31)

dari blog km3community.wordpress.com

Jumat, 12 Maret 2010

"Selamat Datang Di Mall Intelektual"

Mahasiswa dari berbagai penjuru telah memasuki kampus untuk menggapai masa depan dan harapan besar orang tuanya. Segudang impian dan harapan telah mem¬bumbung tinggi bahwa kampus adalah tem¬pat yang tepat untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan, agar kelak bisa bertambah pintar memudahkan akses untuk mendapat¬kan pekerjaan. Itulah mimpi-mimpi yang ter¬us berputar di benak kita ketika awal menjadi mahasiswa. Tidak heran banyak orang tua yang rela melakukan apa saja agar anaknya bisa kuliah, sekalipun harus membanting tulang lebih keras karena tidak kecil biaya yang dikeluarkan untuk menguliahkan anak tercinta ke perguruan tinggi.
Di Indonesia terdapat 2767 kampus ter¬diri dari 82 kampus negeri dan sisanya ada¬lah kampus swasta. Jumlah mahasiswa In¬donesia berkisar di atas 3 juta jiwa. Jika kita menginjakkan kaki di kampus saat ini (teru¬tama kampus-kampus besar), kita akan me¬nemukan sosok gedung megah plus seku¬ritinya (satpam) disana sini, tembok-tembok besar yang menghalangi, pintu gerbang yang cukup lux, mahasiswa-mahasiswinya yang ibaratnya foto model, seolah-olah sebuah mall yang menyilaukan mata kita mulai dari gedung dan isinya.

Apa yang kita lihat, ternyata jika dilihat dari biaya pendidikan juga sama halnya. Kampus menawarkan sebuah produk intelektual yang untuk membelinya harus dengan harga ma¬hal, selayaknya kita belanja di sebuah mal. Biaya pendidikan sekarang memang sangat mahal. Rata-rata SPP yang harus dibayarkan saat ini berkisar antara Rp. 600.000 sampai 1.750.000 per semester. Ini belum ditambah berbagai biaya lain seperti IOM/BPI/POM dan sejenisnya yang bisa mencapai Rp 1-2 juta per semester. Ada bahkan yang mencapai Rp 6 juta per semester. Selain itu, terdapat juga pembayaran uang pangkal (Admission fee). Di Univeritas Indonesia (UI) biayanya berkisar Rp. 5–25 juta dan Rp. 25–75 juta. Di Universitas Gadjah Mada (UGM) biayanya Rp. 20 juta. Sementara di Universitas Pad¬jajaran (Unpad), besarannya antara Rp. 7,5–150 juta. Sejak adanya sistem penerimaan mahasisa melalui jalur khusus (di luar jalur reguler) perguruan tinggi seperti UI, ITB, Un¬dip, UGM rata-rata menerima kutipan dana yang mencapai Rp. 15–150 juta. Begitu pun dikampus kita(UAD), biaya sumbangan mencapai 4-31 juta.

Biaya itu tentu masih belum keseluru¬hannya, karena kampus terkadang mener¬apkan berbagai biaya lainnya dengan dalih operasional pendidikan, seperti biaya prak¬tikum, buku, diktat dan sebagainya. Beban pembiayan semakin terasa dengan penge¬luaran biaya harian mahasiswa di luar pem¬biayan kuliah seperti kost-kostan, foto kopi, transportasi dan makan. Dengan naiknya harga BBM dan harga kebutuhan pokok, jelas sekali beban itu semakin terasa. Biaya harian sebulan dari orang tua sekitar Rp. 600 ribu sangat tidak mencukupi tentunya.

Jika kita bandingkan besarnya biaya pendidikan tinggi dengan keadaan umum rakyat Indonesia, pasti akan menimbulkan pertanyaan besar. Jumlah penduduk kurang lebih 220 juta jiwa, dengan 60 % penduduk Indonesia adalah petani, serta 25 % bek¬erja sebagai buruh. Upah petani dalam se¬hari paling tinggi Rp. 15.000 atau sekitar Rp 450.000/bulan (itupun jika setiap hari beker¬ja). Upah buruh di Jogjakarta saja Rp 586.000/bulan atau rata-rata masih di bawah 1 juta per bulan. Dengan upah segitu, sebagian be¬sar penghasilannya habis untuk memenuhi kebutuhan hariannya, belum termasuk ke¬butuhan sekolah anaknya. Pertanyaannya, mampukah mereka menyekolahkan bahkan menguliahkan anaknya? Itulah sebabnya ja¬rang kita menjumpai anak-anak buruh dan tani yang bisa berkuliah. Jangankan berku¬liah, mungkin untuk sekolah saja sudah tidak sanggup
.
Selain biaya pendidikan yang mahal, kam¬pus juga menawarkan berbagai rayuan-rayu¬an yang mampu mengilusi mahasiswa baru. Mahasiswa baru banyak dijejali propaganda-propaganda yang seringkali menyesatkan. Kampus tak ubahnya tukang obat di pinggir jalan. Melalui brosur-brosurnya, dipromosi¬kan bahwa mahasiswa akan mendapatkan fasilitas memadai seperti laboratorium, kelas yang nyaman, standar internasional, dosen bermutu hingga kemudahan mendapatkan lapangan pekerjaan. Kenyataan yang ada seringkali bertolak belakang dengan propa¬ganda yang di gembar-gemborkan di dalam iklan dan brosur-brosurnya. Ternyata laboratoriumnya tidak layak, buku perpustakaan terbatas, dos¬en sesuka hati mengajar, ruangan kelas yang disediakanpun seringkali tidak memadai untuk menampung mahasiswa sehingga membuat ketidaknyamanan mahasiswa saat mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini diperparah dengan

Tidak hanya sebatas itu, kampus juga mengkomersilkan beberapa fasilitas yang se¬harusnya bisa digunakan mahasiswa setiap saat tanpa bayar sekalipun. Aula, Auditorium dan gelanggang olahraga saat ini tidak bisa lagi diakses gratis oleh mahasiswa. Kampus lebih senang apabila sarana-sarana umum tersebut menjadi ajang komersil untuk pesta pernika¬han, dan pentas musik komersil, daripada digunakan oleh mahasiswa untuk beraktivitas se¬cara rutin.

Apa bedanya kemudian kampus dengan mal? Memang ada bedanya, tapi hanya soal apa yang dijual. Jika mal menjual barang, maka kampus menjual jasa pendidikan alias menjual ilmu. Sesuatu yang menghinakan kiranya, karena ilmu pengetahuan derajat¬nya telah jatuh demi meraih keuntungan. Dengan menjadikan ilmu pengetahuan seba¬gai bisnis, kampus tidak lagi mencerminkan dirinya sebagai institusi pencerdasan bang¬sa, tetapi perusahaan jasa yang mengelola bisnis pendidikan. Itulah kenapa mahasiswa yang kini berkuliah rata-rata dari kalangan mampu, sementara yang miskin hanya gigit jari. Dengan sendirinya, negara dan kampus telah merampas hak rakyat untuk pendidikan dengan biaya kuliah yang mahal.

Tradisi Ilmiah Dipasung
Kampus juga telah menghilangkan tra¬disi ilmiah di kampus yang merupakan tra¬disi khas dunia pendidikan. Kita akan sering menjumpai berbagai pandangan dan doktrin-doktrin dari dosen-dosen kolot yang anti kritik, ketika mahasiswa bertanya sesuatu atau mengkritisi apa yang dipapar¬kan. Tidak jarang hasil karya mahasiswa seperti riset yang ditolak karena dinilai ter¬lalu kritis atau bahasa lazimnya tidak sesuai kaidah ilmiah. Kegiatan seperti seminar yang mengangkat Paradigma yang dibawa para intelektual seringkali doktrin-doktrin yang mewakili kepentingan penguasa. Sehingga tidak heran bahkan area se mentereng kam¬pus tidak mampu menjawab secara menda¬lam atas berbagai persoalan yang menimpa rakyat Indonesia seperti kenapa pendidikan di Indonesia semakin mahal, atau kenapa kemiskinan kian meningkat padahal negeri kita begitu kaya dan lain sebagainya, ter¬masuk didalamnya bagaimana menjawab persoalan tersebut sampai sedalam-dalam¬nya. Semua ini semakin menjelaskan bahwa kampus memang tidak diarahkan untuk un¬tuk menjawab berbagai problematika rakyat yang pada hakekatnya merupakan masalah umum bagi negara ini, padahal konon kam¬pus merupakan arena ilmiah. Lantas patutlah kita pertanyakan dimana letak keilimiahan kampus, maka akan sangat wajar sampai kapanpun kita kan tetap bahkan selamanya berkutat dengan rendahnya kualitas tenaga produktif (SDM) di Indonesia.

Hal yang harus kita soroti, sekaligus men¬jawab doktrin-doktrin usang kampus, tentang impian pasca mahasiswa akan ada jaminan atas lapangan pekerjaan yang memadai, sekaligus menjelaskan kepentingan imperi¬alisme dan feudalisme atas tenaga produktif suatu bangsa. sesungguhnya imperialisme dan feodalisme sangat takut dan tidak sama sekali menginginkan tumbuh berkembang¬nya tenaga produktif dalam negeri. Maju¬nya tenaga produktif sama saja mendorong kita untuk mendiri lepas dari pengaruh da ketergantungan negara lain. Ini sama saja akan memotong rantai penghisapan rakyat dalam negeri. Sehingga intervensi melalui pemerintah boneka terhadap sektor pendidikan termasuk di kampus untuk dapat di pastikan kepatuhannya sesuai kepentingan imperial¬isme akan dilakukan.
Seperti kepentingan imperialisme atas Upah murah untuk menjalankan industrin¬ya, ini juga sangat erat kaitannya dengan kepentingan imperialisme atas pendidikan. Sehingga pendidikan di orientasikan pada pasar tenaga kerja, yang kecendrungannya adalah tenaga yang tidak membutuhkan skil yang tinggi. Karena industri di Indonesia kebanyakan manufaktur, untuk perakitan, pengepakan yang memang tidak membutuh¬kan skill tinggi.

Menggapai Masa Depan Suram (Madesu)

Meskipun demikian, sekarang ini pen¬didikan di Indonesia tidaklah menjanjikan ketersediaan lapangan pekerjaan. Dapat di lihat dari data pemerintah, Per Pebruari 2008 pengangguran sebanyak 9.427.600 orang yang merupakan pengangguran terbuka di Indonesia, terdiri dari 4.516.100 orang ada¬lah lulusan SMA, SMK, dan Perguan Tinggi Khusus lulusan D1, D2, D3/akademi seban¬yak 519.900 orang dan Lulusan Universitas sebanyak 626.200 orang. Meningkatnya pengangguran khususnya di kalangan ma¬hasiswa saja cukup tinggi. Tahun 2007, sar¬jana yang menanggur 740.000 orang menin¬gkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 409.890 orang, dan lebih drastis tahun 2008 jika di total lulusan sarjana yang mengang¬gur 1.146.100 orang.
Hal ini telah memperlihatkan adanya ancaman bagi hari depan pemuda di Indo¬nesia, tentang tingginya biaya pendidikan di Indonesia kemudian adalah tidak adanya jaminan ketersediaan lapangan pekerjaan layak, yang bebas dari penghisapan politik upah murah, sistem kerja kontrak dan out¬sourching.

Mimpi buruk pemuda mahasiswa pada dasarnya tercipta akibat ulah pemerin¬tahan SBY-Kalla yang menjadi kaki tangan imperialisme dan feodalisme yang dalam hal ini memegang peranan penting dalam mele¬takan pondasi atas liberalisasi pendidikan. Pendidikan diserahkan kepada pasar untuk mengelolanya. Selain pemotongan sub¬sidi setahap demi setahap juga dilakukan, walaupun baru-baru ini ada pidato presiden tentang politik anggaran/fiscal yang menga¬takan pemerintah akan memenuhi amanat 20 % anggaran pendidikan atas APBN 2009, tapi itu masih sangat meragukan kebenaran¬nya. Maka dengan demikian, sesungguhnya apa yang di propagandakan presiden dalam pidatonya, itu semua tidak lebih dari akal bu¬lus tendensius SBY untuk membangun citra yang selama ini buruk bagi rakyat sekaligus sebagai investasi menuju pemilihan presiden tahun 2009.

Jika di simpulkan dengan biaya kuliah yang mahal sekali bagi rakyat Indonesia, itu mencirikan pada pendidikan telah menjadi ajang bisnis, dengan sasaran masyarakat dan mahasiswa menjadi sapi perahan yang terus-menerus di hisap. Kemudian dengan rendahnya kualitas pendidikan, itu juga men¬cirikan Pembunuhan tenaga produktif, artinya pendidikan tidak di tujukan untuk memajukan tenaga produktif yang bisa memajukan taraf kebudayaan bangsa indonesia. Pertanda buruk bagi masa depan tenaga produktif di indonesia, bahkan ini pertanda buruk bagi setiap jengkal jaminan kesejahteraan rakyat Indonesia. Sesuatu yang harus kita tolak, bahkan kita lawan.

Bagi kawan-kawan mahasiswa baru, penting bagi kita untuk menyadarinya,hal yang perlu diketahui, tradisi-tradisi maha¬siswa baru, pertama yang dihadapi oleh ma¬hasiswa baru adalah prosesi Ospek. Di da¬lam ospek mahasiswa baru biasanya hanya di cekoki dengan tradisi impian-impian, sekalipun ada materi pengenalan kampus itu tidak leb¬ih dari pengenalan teritori kampus semata, serta hal-hal yang umum, itu semua semakin menjauhkan mahasiswa dari kenyataannya sebenarnya, artinya bagi tugas kita seka¬rang membuat kampus menjadi ladang ilmiah, kemudian merangkainya dengan berbagai kegiatan yang utamanya adalah menjadi¬kan kampus sebagai mimbar ilmiah, yang menceritakan secara kongkret bagaimana senyatanya keadaan Indonesia dan masa depan rakyat seluruh Indonesia termasuk masa depan pemuda mahasiswa dalam cengkeraman imperialisme dan feodalisme serta bagaimana cara kita melepaskan diri dari keadaan ini.

(Diambil dari Buletin BEM UAD 08-09)