Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan proses perubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut
Poerbakawatja dan Harahap, Pendidikan adalah “….Usaha secara sengaja
dari orang dewasa dengan pengaruhnya untuk meningkatkan si anak ke
kedewasaan, yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral
dari segala perbuatannya…” Orang dewasa itu adalah orang tua si anak
atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban
untuk mendidik, misalnya saja guru sekolah, pendeta atau kiai dalam
lingkungan keagamaan kepala-kepala asrama dan sebagainya.
“Pendidikan” dalam Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan istilah al-tarbiyah, al-ta`lim, al-ta`dib dan al-riyadah.” Setiap terminologi tersebut mempunyai makna yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan teks dan kontek kalimatnya
Dari uraian di atas, dapat dikatakan
bahwa pendidikan Islam adalah usaha maksimal untuk menentukan
kepribadian anak didik berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan dalam al-Qur`an dan Sunnah. Usaha tersebut senantiasa harus
dilakukan melalui bimbingan, asuhan dan didikan, dan sekaligus
pengembangan potensi manusia untuk meningkatkan kualitas intelektual
dan moral yang berpedoman pada syariat Islam.
Aktualisasi Psikologi Islami dalam Pendidikan Islam
Manusia merupakan makhluk pilihan Allah yang mengembangkan tugas ganda, yaitu sebagai khalifah Allah dan Abdullah (Abdi Allah).
Untuk mengaktualisasikan kedua tugas tersebut, manusia dibekali dengan
sejumlah potensi didalam dirinya. Hasan Langgulung mengatakan,
potensi-potensi tersebut berupa ruh, nafs, akal, qalb, dan fitrah.
Sejalan dengan itu, Zakiyah Darajat mengatakan, bahwa potensi dasar
tersebut berupa jasmani, rohani, dan fitrah namun ada juga yang
menyebutnya dengan jismiah, nafsiah dan ruhaniah.
Aspek jismiah
Aspek jismiah adalah
keseluruhan organ fisik-biologis, serta sistem sel, syaraf dan kelenjar
diri manusia. Organ fisik manusia adalah organ yang paling sempurna
diantara semua makhluk. Alam fisik-material manusia tersusun dari unsur
tanah, air, api dan udara. Keempat unsur tersebut adalah materi dasar
yang mati. Kehidupannya tergantung kepada susunan dan mendapat energi
kehidupan yang disebut dengan nyawa atau daya kehidupan yang merupakan
vitalitas fisik manusia. Kemampuannya sangat tergantung kepada sistem
konstruksi susunan fisik-biologis, seperti: susunan sel, kelenjar, alat
pencernaan, susunan saraf sentral, urat, darah, tulang, jantung, hati
dan lain sebagainya. Jadi, aspek jismiah memiliki dua sifat
dasar. Pertama berupa bentuk konkrit berupa tubuh kasar yang tampak dan
kedua bentuk abstrak berupa nyawa halus yang menjadi sarana kehidupan
tubuh. Aspek abstrak jismiah inilah yang akan mampu berinteraksi dengan aspek nafsiah dan ruhaniah manusia.
Aspek nafsiah
Aspek nafsiah adalah
keseluruhan kualitas insaniah yang khas dimiliki dari manusia berupa
pikiran, perasaan dan kemauan serta kebebasan. Dalam aspek nafsiah ini terdapat tiga dimensi psikis, yaitu dimensi nafsu, ‘aql, dan qalb.
v Dimensi nafsu merupakan dimensi
yang memiliki sifat-sifat kebinatangan dalam sistem psikis manusia,
namun dapat diarahkan kepada kemanusiaan setelah mendapatkan pengaruh
dari dimensi lainnya, seperti ‘aql dan qalb, ruh dan
fitrah. Nafsu adalah daya-daya psikis yang memiliki dua kekuatan ganda,
yaitu: daya yang bertujuan untuk menghindarkan diri dari segala yang
membahayakan dan mencelakakan (daya al-ghadabiyah) Serta daya yang berpotensi untuk mengejar segala yang menyenangkan (daya al-syahwaniyyah).
v Dimensi akal adalah dimensi psikis
manusia yang berada diantara dua dimensi lainnya yang saling berbeda dan
berlawanan, yaitu dimensi nafsu dan qalb. Nafsu memiliki sifat kebinatangan dan qalb
memiliki sifat dasar kemanusiaan dan berdaya cita-rasa. Akal menjadi
perantara diantara keduanya. Dimensi ini memiliki peranan penting berupa
fungsi pikiran yang merupakan kualitas insaniah pada diri manusia.
v Dimensi qalb memiliki
fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta seperti berpikir, memahami,
mengetahui, memperhatikan, mengingat dan melupakan. Fungsi emosi yang
menimbulkan daya rasa seperti tenang, sayang dan fungsi konasi yang
menimbulkan daya karsa seperti berusaha.
Aspek ruhaniah
Aspek ruhiyah adalah keseluruhan potensi luhur (high potention)
diri manusia. Potensi luhur itu memancar dari dimensi ruh dan fitrah.
Kedua dimensi ini merupakan potensi diri manusia yang bersumber dari
Allah. Aspek ruhaniyah bersifat spiritual dan transedental. Spiritual,
karena ia merupakan potensi luhur batin manusia yang merupakan sifat
dasar dalam diri manusia yang berasal dari ruh ciptaan Allah. Bersifat
transidental, karena mengatur hubungan manusia dengan yang Maha
transenden yaitu Allah. Fungsi ini muncul dari dimensi fitrah.
Dari penjabaran diatas, dapat disebutkan bahwa aspek jismiah bersifat empiris, konkrit, indrawi, mekanistik dan determenistik. Aspek ruhaniah bersifat spiritual, transeden, suci, bebas, tidak terikat pada hukum dan prinsip alam dan cenderung kepada kebaikan. Aspek nafsiah berada diantara keduanya dan berusaha mewadahi kepentingan yang berbeda.
Pada hakikatnya, proses pendidikan
merupakan proses aktualisasi potensi diri manusia. Sistem proses
menumbuhkembangkan potensi diri itu telah ditawarkan secara sempurna
dalam sistem ajaran Islam, ini yang pada akhirnya menyebabkan manusia
dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan Allah.